Tuesday, September 25, 2012

#JelajahKampungWeek Episode Kampung Code

| | 0 comments

Kampung pertama yang saya satroni dalam #JelajahKampungWeek adalah Kampung Code. Kampung yang terletak di sepanjang bantaran Kali Code atau X Code (baca: kali code atau ekskod) memiliki keunikan yang gak mungkin untuk dilewatkan. Kampung yang saya jelajahi yaitu Kampung Code di daerah Jogoyudan, Jetis, Yogyakarta.


Inilah Kampung Code. Kampung yang menjadi kebanggaan masyarakat Jogja bahkan Indonesia karena banyak dikagumi oleh bangsa asing. Struktur permukiman padat yang khas dan keterikatan sosial yang tinggi menjadi daya tarik dan karakteristik tersendiri yang jarang ditemui di tempat lain.


Awal mulanya kampung itu hanya berbentuk petak rumah yang terbuat dari kardus bekas, karung goni, dan plastik bekas. Di tangan Romo Mangun, arsitek yang juga sastrawan, kawasan ini dibina menjadi permukiman layak huni. Berbagai fasos dan fasum didirikan seperti WC umum, tempat bermain, balai warga, dll.


Mayoritas masyarakat di kampung ini bermata pencaharian sebagai juru parkir, pedagang, buruh, dll. Kampung ini terasa sangat asri. Banyaknya pepohonan dan tanaman-tanaman hias serta merdunya kicauan burung-burung yang banyak dipelihara. Hampir di setiap rumah memiliki burung peliharaan dan tanaman hias. Dalam falsafah Jawa, pria memang senang memelihara burung dan wanitanya senang merawat tanaman hias.


Uniknya lagi di kampung ini, tembok-temboknya dihiasi mural-mural yang enak dilihat. Kerjaan anak mudanya kali yaa. Lukisan-lukisan di dindingnya pun semua bertema Kali Code.


Sistem drainase di kawasan ini udah canggih loh. So, gak mungkin ada kejadian banjir. Tapi bencana yang paling membahayakan yaitu ketika Merapi meletus dan terjadi aliran lahar dingin. Seperti kejadian silam dimana kampung ini terkena luapan aliran lahar dingin dan merusak permukiman ini.


Interaksi sosial di kampung ini sangat kental terasa. Sore hari saat saya berkunjung ke daerah ini aktivitas masyarakat didominasi oleh kegiatan bersantai, ngobrol-ngobrol, petan (nyari kutu), kerja bakti dan bermain. Sempat berbincang pula dengan seorang bapak yang menuturkan bahwa kampung ini sering menyelenggarakan kegiatan hiburan bersama dengan tujuan mengarahkan masyarakat pada kegiatan positif seperti mancing bersama. Persiapan kegiatan tersebut pun dilakukan dengan gotong royong.


Hal baru yang saya dapat dari observasi di Kampung Code ini banyak banget. Setiap detailnya membuka wawasan dan pengetahuan saya. Bahkan ga seru kalo ga nyasar di labirin kampung. Permukiman padat penduduk sejatinya tidak melulu harus kumuh, kotor, berantakan. Tapi biar padat, keasrian tetap terjaga, indah, rapi, sehat. Para perencana kota baiknya tetap berpihak pada kaum marginal dan tidak hanya berfokus untuk mencari profit semata. Dalam mengelola kota pun diperlukan hati yang bisa mengerti dan memahami kondisi sebenarnya apa yang dibutuhkan masyarakat. See you in the next kampung :)

0 comments:

Post a Comment

 

thanks for visiting

About Me

My photo
Hello there! I am Aulia, amateur cook and graphic designer. Love to eat and travel, enjoying movie so much, like to cook and gardening, love photography. I am an owl lover.♥
Twitter Facebook